K.H. Abdullah Gymnastiar
Allah SWT menjanjikan, barang siapa yang sangat ahli dalam membaca nikmat dan mensyukurinya, maka Allah akan menambah nikmat yang diberikan. Namun sebaliknya, barang siapa yang kufur serta mendustakan nikmat, maka Allah SWT akan mengubahnya menjadi azab yang sangat pedih.

Syukur adalah kunci yang membuat seseorang menjadi bahagia, menjadi mulia dan selalu diselimuti nikmat, dan sebaliknya orang yang kufur nikmat hidupnya akan selalu runyam, batinnya selalu gelisah dan bermuram durja. Orang seperti ini akan mendapatkan kemurkaan Allah SWT, karena tidak tahu bagaimana mensyukuri nikmat ini.
Datangnya jamaah haji ke tanah suci sepatutnya membuat orang tenggelam dalam lautan syukur tiada bertepi. Sepertinya orang yang datang ke tanah suci ini harus sangat malu karena jauh lebih banyak orang-orang yang lebih berhak untuk sujud di tanah suci ini. Ada orang desa yang jika malam tiba dia selalu shalat qiyamullail, air matanya terus bercucuran dalam dzikir yang selalu menggetarkan hatinya, yang hapalan Al-Qurannya tidak hanya hapal diakal tapi sudah menjadi bagian dari pribadinya, tapi belum juga sampai ke tanah suci ini.

Maka maaf saja jikalau ada jamaah haji yang begitu takabur dan sombong merasa datang ke tanah suci karena kemampuan uangnya, merasa datang ke tanah suci dengan kekayaan hartanya, dengan kedudukannya, dengan ilmunya atau dengan kekuasaaannya. Ini adalah gejala-gejala jamaah haji yang kufur nikmat karena sesungguhnya salah satu syarat syukur adalah menyadari bahwa semua ini adalah merupakan karunia Allah semata, tiada satupun yang bisa membuat kita berada di tanah suci ini kecuali hanya karena Allah SWT. Bukan karena kepintaran, bukan karena kehebatan, demi Allah, tidak ada satupun yang membuat kita bersimpuh sujud di tanah suci ini kecuali hanya Allah.
Barang siapa yang merasa datang ke tanah suci dengan kekuatan dirinya itulah gejala-gejala orang yang akan banyak bermasalah selama di tanah suci. Kalau orang pergi haji karena merasa sudah membayar dengan uangnya, dia akan terus menuntut sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Tetapi bagi orang yang sadar bahwa ongkos itu hanyalah karunia Allah, dia tidak akan pernah berat menafkahkan hartanya dijalan Allah. Beda dengan yang merasa bahwa uang itu milik dirinya sendiri, milik pribadinya, dia akan selalu menjadi masalah dengan uangnya, akan jadi masalah dengan fasilitasnya. Sedangkan orang yang datang ke tanah suci karena Allah yang maha Agung dalam menjamu tamu-tamuNya, tidak pernah ada keluh kesah dalam kesulitannya selain syukur, hanya syukur dan syukur saja. Melihat apapun bersyukur, mendengar apapun bersyukur, sepanjang itu menjadi kebaikan untuk disyukurinya. Ahli syukur akan tampak dari pribadinya, wajahnya selalu jernih dan merasa malu kepada Allah.

Alangkah anehnya jika ada jamaah haji yang sibuk lisannya mencaci maki, sibuk lisannya berkeluh kesah. Apa yang harus kita keluhkan dengan jamuan Allah yang sangat melimpah ini? Dan andaikata kita mau bertambah syukur saat menunaikan ibadah haji, salah satu tekniknya adalah lihatlah kepada orang yang lebih gesit dari kita.
Seharusnya selama kita di Masjidil Haram melihat kakek yang tawaf, kita jadi malu karena orang sudah jompo dan sudah tungkup masih tetap mau tawaf, itulah salah satu tanda syukur kita. Kita diberikan kesehatan begini, kita lihat ada juga yang cacat yang jalannya pakai lutut, kita harusnya bersyukur, "Ya Allah Engkau perlihatkan saya melihat dia, Engkau takdirkan saya menjadi normal."

Kita bersyukur dengan tekad supaya tubuh ini penuh manfaat. Kita lihat saudara-saudara kita yang berada di pinggir jalan bergeletakan tidak punya tempat bernaung, Alhamdulillah harusnya kita bersyukur. Harusnya air mata ini berderai-derai merasakan syukur yang luar biasa tiada bertepi. Tetapi bagi orang yang kufur nikmat selalu ada yang kurang, salah semuanya, kurang semuanya. Akibatnya wajahnya bermuran durja tidak ada kecerahan, kata-katanya cenderung terus meremehkan, menghina, mencela, memaki, mengeluh, tidak ada kata-kata yang indah. Raut muka menjadi rusak, cara bicaranya juga emosional membuat orang yang mendengar menjadi terpengaruh hingga sama-sama busuk hati dan tidak disebut nama Allah SWT. Orang inilah yang tidak pernah menikmati ibadah dalam bentuk apapun, karena kufur nikmat memang merupakan sebuah perbuatan yang amat tercela, amat hina, amat tiada tahu diri, naudzubillahimindzalik.

Dikisahkan ada seseorang yang beribadah terus menerus selama tujuh puluh tahun tanpa henti sampai dia meninggal. Allah memerintahkan malaikat supaya memasukkanya ke sorga dengan rahmat Allah SWT, namun orang yang mau dimasukkan ke sorga itu bertanya: "Ya Allah bukankah saya sudah tujuh puluh tahun ibadah tiada henti, mengapa Engkau masukkan saya ke sorga karena rahmatMu? Bukankah saya bisa ke sorga dengan amal kebaikan saya?"

Maka Allah memerintahkan malaikat untuk menimbang semua kebaikannya, ternyata sesudah ditimbang tujuh puluh tahun ibadah tiada henti, masih belum cukup untuk mensyukuri sebelah mata saja nikmat dari Allah SWT. Masya Allah… untuk mensyukuri sebelah mata saja kita tidak cukup, apalagi mensyukuri nikmat seluruh tubuh ini. Belum lagi kita mensyukuri nikmat Islam hingga tidak dijadikan kita ini orang yang tersesat, belum lagi kita diberikan nikmat iman, nikmat untuk bisa menjalankan ibadah ke tanah suci. Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Oleh karena itu waspadalah bagi saudara-saudara yang tidak berhati-hati dalam menjaga dirinya, sebetulnya tidak ada yang bisa menghancurkan haji kita kecuali diri kita sendiri dan tiada yang membuat runyamnya suatu masalah pada diri kita kecuali orang-orang yang kufur nikmat. Orang yang kufur nikmat adalah orang yang sibuk mencela daripada memuji nikmat Allah, yang sibuk merasa kurang dibanding merasakan kelebihan dari Allah SWT. Memang orang-orang yang kufur nikmat tidak akan pernah menikmati apapun dalam hidup ini selain kekurangan dan penderitaan. Tidak pernah tampak kemuliaan dari kata-kata dan pribadinya selain kehinaan dan keburukan.

Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Mendengar, mudah-mudahan kegigihan kita dalam bersyukur bisa diaplikasikan dalam bentuk lain, seperti berterima kasih kepada yang memberi segala nikmat. Jarang sekali orang menuntut dirinya untuk berterima kasih namun menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu untuk dirinya. Seorang anak yang tahu balas budi kepada orang tua adalah anak yang tahu bersyukur, dan biasanya anak soleh ini dimuliakan dunia akhiratnya oleh Allah SWT.

Seorang murid yang benar-benar tawadhu dan tahu membalas kebaikan gurunya adalah murid yang bersyukur, biasanya ilmunya akan barokah membawa manfaat dan juga akan mengangkat derajat. Tapi sayang banyak diantara manusia yang seperti air susu dibalas dengan air tuba, melihat orang tua hanya melihat kekurangan dan kesalahannya sehingga tidak tahu balas budi sehingga digolongkanlah ia menjadi anak durhaka, yang biasanya penderitaannya di dunia sudah langsung/cash diberikan oleh Allah kepada anak yang tidak pernah mengenang kebaikan orang tua. Anak yang tidak tahu syukur, kehidupannya diselimuti bala dan dosa. Orang yang ahli syukur adalah orang yang selalu lebih banyak mengingat jasa baik orang lain sebagai jalan dari Allah datangnya nikmat, sementara orang yang kufur nikmat hanya sibuk dengan kesalahan dan kekurangan orang dan selalu menuntut haknya. Oleh karena itu waspadalah orang yang tidak punya kemampuan melihat kebaikan dan jasa orang lain, dia tidak akan menikmati apapun dalam hidup selain kecewa, dan kekecewaan itu bukan karena orang lain tetapi karena kufur nikmat dirinya sendiri.

Haji yang Mabrur adalah haji yang tahu berterima kasih kepada Allah yang diaktualisasikan dengan bersyukur dan berterima kasih kepada mahluk-mahlukNya. Andaipun kita dapati kesalahan mahluk dan sebagainya, bisa menjadi ladang untuk memaafkan, ladang untuk memperbaiki diri, ladang untuk menasehati, bukan menjadi ladang untuk busuk hati.

Syukur kita dengan mulut adalah dengan terus memperbanyak menyebut nama Allah, dengan banyak menyebut hamdalah. Syukur kita dengan mulut adalah dengan mencegah setiap perkataan yang tidak disukai Allah, syukur kita dengan kening adalah dengan memperbanyak bersujud, syukur kita dengan mata adalah dengan menjaga pandangan dan juga memperbanyak keakraban dengan membaca Alquran. Syukur kita dengan ukhuwah adalah dengan tidak menyakiti siapapun, dengan banyak menolong siapa saja. Syukur kita dengan tubuh adalah dengan menggunakannya untuk meningkatkan ketaatan, syukur kita dengan harta yang ada adalah dengan kita nafkahkan di jalan Allah dengan cara yang benar, syukur kita terhadap tenaga adalah dengan melindungi orang yang lemah teraniaya, syukur kita terhadap ilmu yang kita miliki adalah dengan menyebarkannya dengan cara yang benar kepada orang lain. Syukur kita terhadap kedudukan dan jabatan yang kita miliki adalah dengan cara bagaimana menggunakan jabatan yang dimiliki sehingga membuat orang lain lebih dekat kepada Allah SWT dan syukur kita terhadap kehidupan ini adalah dengan mempersembahkan yang terbaik, yang bisa menjadi manfaat di dunia dan bekal kemuliaan di akhirat kelak.

1 komentar:

  1. Saya berdo'a semoga cepat mendapatkan panggilanMu ya..Allah. Terima kasih buat Adit yang telah meramaikan informasi islami di dunia antah barantah ini. Kalau tidak keberatan jika anda mau bergabung dg saya, sekaligus kita bertukar informasi lewat Blog ini dan punya saya di: hapadoh.blogspot.com. sekali lagi saya salut sama anda. salam kenal. Wassalam.

    BalasHapus